Wednesday, June 9, 2010

Ummati... ummati.. ummati..

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seseorang yang berseru mengucapkan salam, "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tetapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam." kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian dia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya kepada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?".

"Tak tahulah ayahku, baru sekali ini aku melihatnya." tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah manatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian ingin dikenang.

"Ketahuilah, dia yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut." kata Rasulullah S.A.w. Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan mengapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.

Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut roh kekasih Allah dan penghulu di dunia ini.

"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" tanya Rasulullah dengan suara yang amat lemah.

"Pintu- pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti rohmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu." kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" tanya Jibril lagi.

" Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
"Jangan khawatir, wahai Rasul! Aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: "Kuharamkan syurga bagi sesiapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya." kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat. Saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan roh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh baginda bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. " Jibril, betapa sakitnya sakaratul naut ini." perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.

" Jijikkah kau melihatku hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" tanya Rasulullah kepada malaikat penghantar wahyu itu.
" Siapakah yang sanggup melihatkekasih Allahdirenggut ajal," kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh kerana sakit yang tidak tertahankan lagi.

"Ya Allah, dahsyat nian maut ini. Timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya, " Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku (peliharalah solat dan peliharalah orang-orang lemah diantaramu)."

Di luar pintu, tangis mulai dengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

"Ummati... ummati... ummati.." - " Umatku... umatku... umatku..."
Dan berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.
Kini, mampukah kita mencintai sepertinya??
Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi

Betapa cintanya Rasulullah kepada kita... (^^,)

*****************************************

(Arab)

C/O
Sungguh mulianya pekertimu
Sinar bercahaya di wajahmu
Kaulah Nabi kekasih Allah
Kau jadi insan pilihan

Demi umat rela berkorban
Jiwa dan raga kau taruhkan
Demi Tuhan kau tempuhi
Dugaan dan cabaran

Ya Rasulullah?

Tika mula kau menerima wahyu
Hatimu resah tiada menentu
Khadijah mengukir kata-kata
Bahwa kau Rasul buat seluruh umat
(Bahwa kau Nabi buat seluruh umat)

Bila kau hampir memejamkan mata
Lidahmu basah menyebut ummati
Kasih sayangmu tak bisa digambar
Hanya selawat pengikat kasih
mestica_siratunnabi

No comments: